Energi merupakan penggerak roda perekonomian. Hubungan antara kedua hal tersebut dapat dilihat dari rasio elastisitas yang menggambarkan hubungan antara pertumbuhan tingkat konsumsi energi dengan pertumbuhan ekonomi. Semakin kecil angka elastisitas, semakin efisian suatu negara dalam mempergunakan energi untuk perekonomiannya. Berdasarkan Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2010 – 2025, tingkat elastisitas Indonesia (1,84) paling tinggi diantara Jepang (0,10), Singapura (0,73), Malaysia (1,69), dan bahkan kita masih kalah oleh Thailand (1,16).
Kaitan yang jelas antara akses energi dengan perekonomian juga dapat dilihat dari kenyataan bahwa negara maju selalu didukung oleh ketersediaan energi yang cukup untuk kegiatan individu, masyarakat, dan industri. Sebaliknya, negara yang belum maju ekonominya, akses energinya tidak memadai untuk menggerakkan perekonomian.
Merupakan kenyataan yang tak bisa dipungkiri, bahwa 45% dari 70 ribu desa di Indonesia masih tergolong sebagai desa tertinggal yang minim infrastruktur dan fasilitas penunjang, seperti sarana pendidikan, sumber air bersih maupun akses pada energi. Persoalan ini menjadi salah satu kendala mandegnya pertumbuhan ekonomi desa.
spanduk ? |
Pada tahun 2007, pemerintah mencanangkan program Desa Mandiri Energi (DME). Desa Mandiri Energi (DME) adalah desa yang mampu memenuhi minimal 60% dari total kebutuhan energinya (listrik dan bahan bakar) dengan mendayagunakan potensi sumber daya setempat serta tumbuhnya kegiatan produktif untuk meningkatkan perekonomian desa sebagai dampak dari ketersediaan energi lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar